Engkleh
atau istilah bali dengkleng-dengkleng yang mulai punah.
Pernakah kalian bermain permainan tradisonal engkleh atau dikenal di Bali dengan sebutan dengkleng-dengklengan?
Di zaman yang serba maju ini dan segala permainan yang semakin maju ternyata
membawa dampak pada permainan tradisional. Permainan tradisonal dikalahkan oleh
permainan modern seperti game online,
dan permainan anak lainnya. Salah satu permainan tradisional yang sudah semakin
punah yaitu permainan engkleh atau dengkleng-dengklengan.
Setelah saya mewawancarai narasumber yaitu dewa, dia mengatakan permainannya sangat sederhana, tidak memerlukan uang sepeser pun dalam bermain tetapi
memerlukan pecahan genteng atau batu yang lempeng untuk satu peserta. Jumlah
orang bermain bisa mencapai 5 orang dengan giliran masing-masing.
Bentuk permainan
engkleh dimulai dari kotak pertama lurus 1,2,3,9,6 sebelah kanan 4,5 dan
kiri 7,8.
|
Setiap
pemain membawa pecahan genteng dan melempar pecahan genteng kekotak yang telah
tersedia. Bentuk kotak seperti capung dengan jumlah 9 kotak. Dalam permainan
pecahan genteng atau sering disebut lembing, dilempar ke kotak yang pertama,
jika melewati garis kotak yang tersedia pemain dianggap gugur yang kemudian
dilanjutkan oleh pemain kedua. Pemain kedua pun melempar lembing ke kotak yang
pertama, apabila lembing tidak melewati garis, pemain ke dua melompat dengan
hanya satu kaki berada di dalam kotak yang kedua. Kotak yang pertama
dilewatkan karena di sana telah terdapat lembing yang tadi dilempar. Dimana pun
lembing berada mau diangka 1, 2, ataupun 3 berarti kaki tidak menginjak kotak
yang berisi lembing. Setelah berada di kotak kedua dilanjutkan menuju kotak
ketiga tentunya masih bertumpu dengan satu kaki. Setelah berhasil kaki kiri
berada di kotak number 9 dan kaki kanan berada di kotak keempat, kemudian kaki
kiri keempat dan kaki kiri kembali ke
Sembilan dan kaki kanan ke lima dengan bersamaan. Begitu seterusnya sampai kaki
kanan ke delapan kaki kiri kesembilan. Selanjutnya ke dua kaki berada di number
9. Kembali ke number tiga dengan hanya bertumpu dengan satu kaki, selanjutnya
ke dua dan setelah berada di number 2. Lembing yang tadi diambil dan langkahi
kotak number satu sampai berada di garis start kembali. Dan ikuti langkah
sseperti yang tadi hingga lembing berada di number 9. Setelah kembali ke start
lempar lembing dengan membelakangi kotak, apabila lembing jatuh dinomber 3
berarti pemain tersebut memiliki rumah di angka 3 dan peserta lain tidak boleh
menginjak rumah yang telah dimiliki.
Itulah
sekilas mengenai permainan engkleh yang sudah semakin punah. Semoga melalui
artikel ini anak-anak mulai mencoba permainan engkleh dan melestarikan
permainan tradisonal yang kebanyakan bersifat positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar